Harga Minyak Anjlok, Pasar Gelisah

avatar
· Views 441

NEW YORK , investor.id -Harga minyak kembali anjlok pada perdagangan Selasa (9/12/2025), melanjutkan pelemahan 2% sehari sebelumnya. Pasar gelisah karenadibayangi perkembangan negosiasi damai Rusia-Ukraina, kekhawatiran pasokan melimpah, serta keputusan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan The Fed pekan ini.
Dikutip dari Reuters, harga minyak Brent ditutup melemah US$ 0,55 (0,88%) menjadi US$ 61,94 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 0,63 (1,07%) ke posisi US$ 58,25 per barel.
Pelemahan harga minyak berlanjut setelah pada Senin (8/12/2025) kedua kontrak jatuh lebih dari US$ 1 per barel. Penurunan tajam itu dipicu oleh pulihnya produksi Irak di ladang minyak West Qurna 2 milik Lukoil, salah satu ladang terbesar di dunia.
Ukraina dikabarkan akan menyerahkan proposal perdamaian terbaru kepada AS, usai pertemuan Presiden Volodymyr Zelenskiy dengan para pemimpin Prancis, Jerman, dan Inggris di London. Jika tercapai kesepakatan damai, sejumlah sanksi internasional terhadap perusahaan Rusia berpotensi dicabut sehingga membuka kembali pasokan minyak yang selama ini tertahan.
Namun sebagian analis menilai proses negosiasi masih jauh dari final. "Banyak pelaku pasar tidak yakin Rusia benar-benar serius dalam pembicaraan damai dan hanya ingin mengulur waktu," ujar Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.
Di sisi lain, sekitar setengah wilayah Kyiv dilaporkan mengalami pemadaman listrik setelah serangan terbaru Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina.
Negara-negara G7 dan Uni Eropa juga tengah membahas penggantian mekanisme batas harga minyak Rusia dengan larangan penuh layanan maritim bagi ekspor Rusia, demi menekan pendapatan Moskow.
Kenaikan volume minyak dalam perjalanan laut, bertambah sekitar 2,5 juta barel per hari sejak pertengahan Agustus, turut menekan harga. "Satu-satunya alasan Brent tidak jatuh lebih dalam adalah karena sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil," kata Kepala Analis Komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.
Penantian Pasar
Pasar kini menanti laporan bulanan International Energy Agency (IEA) yang dirilis 11 Desember. Laporan tersebut diperkirakan memberi gambaran baru soal potensi kelebihan pasokan global pada 2026.
Menurut analis OANDA Kelvin Wong, jika IEA kembali menyoroti risiko surplus, harga WTI bisa bergerak turun menguji area US$ 56,80-US$ 57,50 per barel.
Di AS, survei Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah turun pekan lalu, sementara stok bensin dan distilat justru meningkat. Data resmi dari API akan dirilis hari Selasa waktu setempat, disusul laporan EIA pada Rabu (10/12/2025).
Fokus lain pasar adalah keputusan suku bunga The Fed. Pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang 87% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
Penurunan suku bunga biasanya mendukung permintaan minyak karena biaya pinjaman lebih murah, meski beberapa analis menilai dampaknya terhadap harga mungkin belum terlalu kuat dalam waktu dekat.

Sumber : investor.id

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest