Serangan Ukraina Ganggu Ekspor Rusia, Minyak Melonjak Lebih dari 1%

avatar
· Views 13
  • Harga minyak naik 1% akibat serangan drone Ukraina di depot minyak Novorossiysk, Rusia, memicu kekhawatiran pasokan.
  • Kenaikan terjadi meski stok minyak AS melonjak dan laporan OPEC prediksi pasokan global seimbang 2026.
  • Sanksi Barat terhadap Lukoil dan Rosneft menahan ekspor Rusia sekitar 1,4 juta barel per hari.

Ipotnews - Harga minyak melonjak sekitar 1%, Jumat, terdorong kekhawatiran gangguan pasokan setelah serangan drone Ukraina menghantam depo minyak di pelabuhan ekspor utama Rusia, Novorossiysk, di kawasan Laut Hitam.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional menguat 79 sen atau 1,25% menjadi USD63,80 per barel pada pukul 14.01 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Jumat (14/11).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat 82 sen atau 1,38% menjadi USD59,50 per barel.
Keduanya sempat melambung lebih dari 2% pada awal perdagangan Asia sebelum memangkas sebagian kenaikan. Secara mingguan, Brent naik 0,28%, sementara WTI turun 0,38%.
Serangan pada Jumat itu merusak sebuah kapal, blok apartemen, serta depo minyak di Novorossiysk, dan menyebabkan tiga kru kapal terluka, menurut pejabat Rusia.
Analis Sparta Commodities, June Goh, menyatakan serangan tersebut kembali memicu kekhawatiran gangguan aliran suplai minyak, mengingat pelabuhan itu merupakan pusat ekspor minyak terbesar kedua Rusia. Dia menambahkan, gempuran terbaru ini terjadi hanya dua pekan setelah serangan signifikan lainnya di Tuapse.
Belum ada kejelasan mengenai tingkat kerusakan, namun jika pola eskalasi berlanjut, pasokan minyak mentah maupun produk olahan Rusia berpotensi terpangkas.
Sumber industri mencatat pengiriman minyak mentah melalui Novorossiysk mencapai 3,22 juta ton -- setara 761.000 barel per hari -- pada Oktober, dengan total ekspor produk minyak mencapai 1,794 juta ton.
Kenaikan harga terjadi setelah Brent dan WTI sama-sama merosot sekitar 3% pada Rabu, tertekan laporan OPEC yang memproyeksikan suplai global akan seimbang dengan permintaan pada 2026, berbalik dari prediksi sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan.
Pada Kamis, Badan Informasi Energi (EIA) Amerika melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah AS yang jauh lebih besar dari perkiraan, sementara stok bensin dan distilat turun di bawah ekspektasi.
EIA mencatat persediaan minyak mentah melejit 6,4 juta barel menjadi 427,6 juta barel pada pekan yang berakhir 7 November, jauh di atas perkiraan kenaikan 1,96 juta barel dalam jajak pendapat  Reuters. 
Investor juga memantau dampak sanksi Barat terhadap pasokan minyak Rusia dan arus perdagangan global. Pemerintah AS memberlakukan larangan transaksi dengan perusahaan minyak Rusia, Lukoil dan Rosneft, setelah 21 November sebagai bagian dari upaya menekan Moskow agar kembali ke meja perundingan terkait Ukraina.
JPMorgan memperkirakan sekitar 1,4 juta barel per hari minyak Rusia -- hampir sepertiga kapasitas ekspor lautnya -- kini menumpuk di kapal tanker karena proses pembongkaran terhambat oleh sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil.
Bank tersebut menambahkan bahwa proses pembongkaran kemungkinan akan semakin sulit setelah batas waktu 21 November untuk menerima pasokan dari kedua perusahaan itu. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest