- Brent menguat 0,74% ke USD64,10 dan WTI naik 0,84% ke USD60,25, didorong optimisme berakhirnya penutupan pemerintahan AS yang berpotensi memulihkan permintaan energi.
- Kenaikan harga menahan dampak kekhawatiran kelebihan pasokan global, setelah OPEC + menunda rencana peningkatan produksi tambahan dan stok minyak AS kembali naik.
- Gangguan pasokan Rusia, lonjakan penyimpanan minyak di Asia, serta kebijakan AS yang memberi pengecualian sanksi pada Hungaria turut menambah ketidakpastian pasar.
Ipotnews - Harga minyak menanjak, Senin, didorong optimisme penutupan pemerintahan Amerika yang telah berlangsung 40 hari akan segera berakhir dan memulihkan permintaan di negara konsumen minyak terbesar dunia itu, mengimbangi kekhawatiran atas peningkatan pasokan global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional naik 47 sen, atau 0,74 persen, menjadi USD64,10 per barel pada pukul 08.23 WIB, demikian laporan Reuters, di Singapura, Senin (10/11).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 50 sen, atau 0,84 persen, ke posisi USD60,25 per barel.
Upaya untuk mengakhiri penutupan pemerintahan (government shutdown) Amerika menunjukkan kemajuan setelah Senat, Minggu, bergerak menuju pemungutan suara guna membuka kembali pemerintahan federal.
"Pembukaan kembali pemerintahan yang sudah di depan mata menjadi dorongan positif, karena akan memulihkan gaji bagi 800.000 pegawai negeri serta mengaktifkan kembali berbagai program vital yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, aktivitas ekonomi, dan belanja," ujar analis IG, Tony Sycamore. "Hal ini juga bisa memperbaiki sentimen risiko di pasar dan mendorong harga WTI naik kembali menuju USD62 per barel," tambahnya.
Pekan lalu, harga Brent dan WTI masing-masing merosot sekitar 2 persen, mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut akibat kekhawatiran kelebihan pasokan. Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, atau OPEC +, sepakat untuk sedikit meningkatkan output pada Desember, namun menunda rencana kenaikan tambahan pada kuartal pertama tahun depan karena khawatir terhadap potensi kelebihan pasokan.
Stok minyak mentah di Amerika Serikat juga meningkat, sementara volume minyak yang disimpan di kapal di perairan Asia dilaporkan melejit dua kali lipat dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan ini terjadi setelah sanksi ketat dari negara Barat membatasi impor minyak ke China dan India, serta berkurangnya kuota impor bagi kilang independen China.
Untuk mengantisipasi dampak sanksi terhadap Rusia, kilang-kilang minyak India beralih ke pasokan dari Timur Tengah dan Amerika.
Produsen minyak Rusia, Lukoil, menghadapi gangguan besar menjelang tenggat waktu 21 November yang ditetapkan AS bagi perusahaan global untuk menghentikan kerja sama dengan perusahaan tersebut. Situasi semakin rumit setelah rencana penjualan operasi Lukoil ke perusahaan dagang Swiss, Gunvor, gagal terlaksana.
Selain itu, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberikan pengecualian selama satu tahun kepada Hungaria dari sanksi terhadap impor minyak Rusia menambah kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar global, kata Sycamore. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now