Hubungan Dagang Amerika-China Membaik, Harga Kedelai CBOT Terkatrol

• Harga kedelai CBOT naik 0,3% ke USD1.120,50 didorong meredanya ketegangan dagang AS-China setelah Beijing memulihkan izin impor untuk tiga perusahaan AS dan mencabut larangan impor kayu.
• Pasar menantikan realisasi janji China membeli 12 juta ton kedelai AS hingga akhir 2025, sementara jagung dan gandum masing-masing naik 0,2% dan 0,3%.
• Kenaikan harga jagung dibatasi pasokan global yang melimpah, sedangkan gandum tertekan ekspor Rusia dan panen baru dari Argentina serta Australia.

Ipotnews - Harga kedelai berjangka Chicago menguat untuk sesi kedua berturut-turut, Senin, didorong membaiknya hubungan dagang antara Washington dan Beijing. Namun, kenaikan harga masih terbatas karena pelaku pasar menunggu tanda-tanda lebih lanjut mengenai pembelian baru kedelai Amerika Serikat oleh China.
Kontrak kedelai paling aktif di Chicago Board of Trade ( CBOT ) naik 0,3 persen menjadi USD1.120,50 per bushel pada pukul 08.29 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Senin (10/11).
Sementara, harga jagung CBOT bertambah 0,2 persen ke posisi USD428 per bushel, sedangkan gandum naik 0,3 persen jadi USD529,25 per bushel.
Otoritas bea cukai China pada Jumat mengumumkan akan memulihkan izin impor kedelai untuk tiga perusahaan asal Amerika Serikat serta mencabut larangan impor kayu gelondongan dari AS mulai 10 November. Langkah ini menjadi sinyal terbaru mencairnya ketegangan dagang antara kedua negara.
China diketahui kembali melakukan pembelian terbatas terhadap produk pertanian AS, tetapi pelaku pasar masih menantikan langkah lebih besar, setelah Gedung Putih menyatakan Beijing berjanji membeli 12 juta ton kedelai AS sebelum akhir 2025.
Harga jagung juga mencatat kenaikan tipis, meski tertahan oleh melimpahnya pasokan global seiring panen di Amerika yang hampir selesai. Sementara itu, harga gandum masih dibayangi tekanan dari meningkatnya ekspor Rusia serta persaingan dari hasil panen baru di negara pengekspor belahan Selatan, seperti Argentina dan Australia. (Reuters/AI)

Sumber : Admin