Data Perdagangan China Mengecewakan, Greenback Bangkit Lagi

avatar
· Views 25
  • Indeks DXY menguat 0,1% ke 99,796, didukung depresiasi yen dan sterling, meski masih bergerak dalam kisaran yang sama sejak Agustus.
  • Ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed pada Desember naik setelah data tenaga kerja swasta AS menunjukkan pelemahan, sementara penundaan data resmi akibat government shutdown membuat pasar "buta".
  • Yen melemah ke 153,27 per dolar, sterling turun 0,2% setelah BoE menahan suku bunga, dan euro terkoreksi 0,1% ke USD1,1535.

Ipotnews - Dolar AS bangkit di pasar Asia, Jumat, seiring pelemahan sterling dan yen, sementara data perdagangan China yang lebih rendah dari perkiraan menekan sentimen pasar di kawasan tersebut.
Ekspor China menyusut 1,1 persen secara tahunan (year-on-year) pada Oktober, menurut data resmi yang dirilis Jumat, seiring memanasnya ketegangan perdagangan menjelang pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan Presiden AS Donald Trump.
Angka tersebut menandai penurunan pengiriman pertama sejak Februari dan meleset dari proyeksi  Bloomberg  sebesar 2,9 persen.
Impor pada bulan yang sama naik 1,0 persen, menurut General Administration of Customs China. Angka tersebut lebih rendah dari 2,7 persen yang diperkirakan dalam proyeksi  Bloomberg. 
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,1 persen menjadi 99,796, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Jumat (7/11).
Dolar berhasil memulihkan sebagian nilainya setelah ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve dalam pertemuan berikutnya sempat menghapuskan seluruh keuntungan mata uang tersebut sepanjang bulan ini pada Kamis. Meski demikian, Indeks DXY masih bergerak dalam kisaran perdagangan sempit yang bertahan sejak Agustus.
"Pasar saat ini berjalan dalam ketidakpastian karena hanya dapat bergantung pada data dari sektor swasta," ujar Christopher Wong, analis OCBC , Singapura.
Dia menambahkan, "Ada semacam gangguan korelasi di pasar; tidak ada tren besar yang jelas pada dolar, sehingga mata uang Asia lebih banyak mengikuti sentimen pasar secara umum."
Penutupan aktivitas pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat yang sedang berlangsung menyebabkan penundaan rilis laporan ketenagakerjaan non-pertanian bulanan, sehingga pelaku pasar beralih ke data sektor swasta yang menunjukkan ekonomi AS kehilangan lapangan kerja di sektor pemerintahan dan ritel pada Oktober.
Pemangkasan biaya dan penggunaan kecerdasan buatan oleh perusahaan juga memicu peningkatan jumlah pemutusan hubungan kerja di Amerika.
Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga kembali menanjak, meski Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, memperingatkan bahwa ketiadaan data inflasi akibat penutupan pemerintahan "meningkatkan kehati-hatian" dalam mengambil langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut. "Ketika situasi tidak jelas, sebaiknya kita lebih hati-hati dan melambat sedikit," ujarnya kepada   CNBC . 
Perdagangan Fed funds futures menunjukkan peluang 70 persen bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada pertemuan 10 Desember, naik dari 62 persen pada hari sebelumnya, menurut FedWatch Tool CME Group.
Versus yen, dolar menguat 0,2 persen menjadi 153,27 yen setelah data memperlihatkan pengeluaran rumah tangga Jepang pada September tumbuh 1,8 persen dibanding tahun sebelumnya, sedikit di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 2,5 persen.
Dolar Australia stabil di posisi USD0,64785, sementara kiwi turun 0,2 persen menjadi USD0,5620.
Poundsterling melemah 0,2 persen ke posisi USD1,31195 sehari setelah Bank of England memutuskan mempertahankan suku bunga melalui hasil voting tipis 5-4, dengan Gubernur Andrew Bailey memberikan suara penentu.
Sementara itu, harian  The Times  melaporkan Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves memberi tahu lembaga pengawas anggaran negara bahwa kenaikan pajak pribadi menjadi salah satu langkah utama yang akan diumumkannya dalam APBN mendatang.
Di sisi lain, euro turun 0,1 persen menjadi USD1,1535, menjauh dari level tertinggi satu minggu yang sempat disentuh sebelumnya. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest