- Minyak Brent dan WTI turun tipis terdorong penguatan dolar dan data industri China yang lemah, menuju kerugian bulanan ketiga.
- Pasokan global meningkat dari OPEC +, produsen non- OPEC , Arab Saudi, dan AS menekan harga meski sanksi Rusia tetap berlaku.
- Kesepakatan pembelian energi AS-China diperkirakan berdampak terbatas karena produksi Alaska kecil dan tergantung pasar.
Ipotnews - Harga minyak melemah, Jumat, menuju penurunan bulanan ketiga beruntun, terbebani penguatan dolar AS dan data aktivitas pabrik China yang mengecewakan.
Selain itu, lonjakan pasokan minyak dari produsen utama global menekan potensi kenaikan harga, meski sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia berlanjut.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 6 sen atau 0,09 persen menjadi USD64,94 per barel, pada pukul 14.58 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Jumat (31/10).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berkurang 14 sen atau 0,23 persen ke posisi USD60,43 per barel.
"Dolar AS yang lebih kuat menekan minat investor di seluruh sektor komoditas," kata analis ANZ dalam catatan klien.
Apresiasi dolar terjadi setelah Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, Rabu, mengatakan pemangkasan suku bunga pada Desember tidak dijamin.
Kinerja minyak juga tertekan setelah survei resmi menunjukkan aktivitas pabrik China melorot untuk bulan ketujuh berturut-turut pada Oktober.
Dengan pasokan global yang meningkat, Brent dan WTI diperkirakan merosot sekitar 3 persen selama Oktober, karena kenaikan produksi dari negara anggota OPEC + dan produsen non- OPEC diprediksi melampaui pertumbuhan permintaan.
Lonjakan pasokan juga meredam dampak sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia, yang utama ditujukan ke China dan India.
OPEC + diperkirakan menambah output secara moderat pada Desember, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Delapan anggota OPEC + menaikkan target produksi lebih dari 2,7 juta barel per hari, sekitar 2,5 persen dari pasokan global, melalui serangkaian kenaikan bulanan.
Di sisi lain, ekspor minyak Arab Saudi mencapai 6,407 juta barel per hari sepanjang Agustus, tertinggi dalam enam bulan, menurut data Joint Organizations Data Initiative, dan diperkirakan melesat lebih lanjut.
Produksi minyak Amerika juga mencatat rekor 13,6 juta barel per hari minggu lalu, menurut laporan Energy Information Administration (EIA).
Dari sisi perdagangan internasional, Presiden AS Donald Trump, Kamis, mengatakan China setuju untuk memulai proses pembelian energi Amerika, termasuk kemungkinan transaksi besar yang melibatkan minyak dan gas dari Alaska. Namun, analis tetap skeptis terhadap dampak kesepakatan perdagangan AS-China terhadap permintaan energi China.
"Produksi Alaska hanya 3 persen dari total output minyak Amerika, dan kami yakin pembelian LNG Alaskan oleh China akan ditentukan oleh pasar," kata Michael McLean, analis Barclays. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now