Harga CPO Terus Melemah, Dipicu Ketidakpastian Permintaan dan Kondisi Cuaca

avatar
· Views 21
  • Harga CPO berjangka turun 0,31% menjadi 4.442 ringgit per ton akibat permintaan yang tidak pasti dan cuaca yang tak menentu.
  • Tekanan jual meningkat karena kekhawatiran terhadap prospek produksi kuartal pertama 2026, sementara minyak nabati saingan seperti soyoil juga melemah.
  • Meski konsumsi biodiesel Indonesia naik hampir 10% dan harga minyak mentah dunia menguat, apresiasi ringgit membuat CPO lebih mahal bagi pembeli asing.

Ipotnews -- Harga minyak sawit mentah (CPO) berjangka Malaysia kembali melemah untuk sesi keempat beruntun, Kamis, dipicu ketidakpastian permintaan global dan kondisi cuaca yang sulit diprediksi sehingga membuat produksi semakin tidak stabil.
Kontrak berjangka acuan minyak sawit untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun sebesar 14 ringgit, atau 0,31%, menjadi 4.442 ringgit (USD1.051,61) per metrik ton pada jeda perdagangan siang, demikian laporan  Reuters,  di Jakarta, Kamis (23/10).
"Pesimisme terkait permintaan yang tidak pasti memperdalam tekanan jual hari ini. Volatilitas harga akan tetap tinggi seiring memasuki kondisi cuaca yang sulit diperkirakan dan bagaimana hal itu akan memengaruhi produksi pada kuartal pertama 2026," ujar Paramalingam Supramaniam, Direktur Pelindung Bestari Brokerage.
Di pasar internasional, kontrak paling aktif minyak kedelai (soyoil) Dalian melorot 0,51%, sementara kontrak minyak sawitnya anjlok 1,3%. Sebaliknya, harga minyak kedelai Chicago Board of Trade justru naik 0,38%.
Harga CPO umumnya mengikuti pergerakan harga minyak pesaing lainnya karena berkompetisi memperebutkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, mengatakan konsumsi biodiesel nasional dari Januari hingga September 2025 mencapai 10,57 juta kiloliter, melambung hampir 10% dibandingkan 9,61 juta kiloliter pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia melonjak sekitar 3%, Kamis, melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya. Kenaikan ini terjadi setelah pembeli minyak asal India meninjau kembali impor mereka dari Rusia, menyusul sanksi Amerika Serikat terhadap raksasa energi, Rosneft dan Lukoil, akibat perang di Ukraina. Penguatan harga minyak mentah umumnya membuat CPO lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel karena meningkatkan profitabilitas pencampuran.
Nilai ringgit Malaysia, mata uang utama perdagangan minyak sawit, menguat 0,02% terhadap dolar AS. Namun, penguatan ini membuat harga sawit menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao, harga minyak sawit berpeluang stabil di area support 4.401-4.409 ringgit per metrik ton sebelum kemungkinan menguat ke kisaran 4.447-4.471 ringgit. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.

Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.
Reply 0

Leave Your Message Now

  • tradingContest