- Rupiah melemah ke Rp16.415 per dolar AS pada Senin (15/9), tertekan oleh memanasnya konflik Rusia-Ukraina yang berpotensi mengganggu pasokan energi global.
- Serangan Ukraina ke infrastruktur minyak Rusia dan langkah AS bersama G7 memperketat pembatasan minyak Rusia meningkatkan risiko suplai energi, sementara pasar menunggu keputusan The Fed yang hampir pasti memangkas suku bunga 25 bps pekan ini.
- Prospek ekonomi kuartal III/2025 melambat akibat belanja pemerintah rendah dan ekspor melemah, tetapi diperkirakan pulih di kuartal IV berkat stimulus dan insentif fiskal pemerintah.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada awal pekan, seiring memanasnya konflik Rusia-Ukraina yang berpotensi mengganggu pasokan energi global.
Mengutip data Bloomberg pada Senin pagi (15/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.415 per dolar AS, melemah 40 poin, atau 0,25% dibandingkan penutupan Jumat sore (12/9) di level Rp16.375 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah tidak lepas dari meningkatnya tensi geopolitik setelah Ukraina melancarkan serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia, termasuk terminal ekspor Primorsk dan kilang utama Kirishinefteorgsintez.
"Serangan ini berpotensi menghentikan sebagian produksi minyak Rusia dan menimbulkan gangguan suplai ke pasar utama seperti India dan Tiongkok," kata Ibrahim, dalam siaran pers sore ini.
Kondisi kian diperparah dengan sikap Amerika Serikat yang mendorong negara G7 memperketat pembatasan terhadap minyak Rusia. Bahkan, Washington pada akhir Agustus telah mengenakan tarif 50% terhadap India atas pembelian minyak Rusia.
"Pembatasan yang lebih ketat akan makin membatasi pasokan global di saat perang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir," ujar Ibrahim.
Selain faktor geopolitik, pasar juga menanti keputusan The Fed yang diperkirakan memangkas suku bunga 25 basis poin pekan ini. Data terbaru menunjukkan inflasi AS mulai mereda, sementara pasar tenaga kerja melemah. Nonfarm Payrolls bulan Agustus hampir stagnan, klaim pengangguran meningkat, dan harga produsen turun.
"Kondisi ini membuat pelonggaran moneter The Fed semakin terbuka," tambah Ibrahim.
Dari dalam negeri, rupiah juga tertekan oleh prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025. Belanja pemerintah yang masih minim serta kinerja ekspor yang melandai menjadi faktor penahan. "Apalagi, ekspor diperkirakan hanya kuat hingga Agustus akibat strategi front loading sebelum tarif baru AS berlaku," ucap Ibrahim.
Namun, Ibrahim optimistis ekonomi Indonesia berbalik positif di kuartal IV/2025 seiring realisasi stimulus pemerintah. Pemerintah masih memiliki ruang fiskal, termasuk sisa Saldo Anggaran Lebih (SAL), untuk mendorong sektor riil. "Beberapa paket insentif, termasuk perluasan PPh 21 ditanggung pemerintah, tengah disiapkan hingga akhir tahun," jelas Ibrahim.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now