Ipotnews - Bursa saham Asia mencatat arus keluar besar pada Agustus seiring kekhawatiran atas pemberlakuan tarif oleh Presiden AS Donald Trump, yang membebani prospek eksportir regional. Sementara itu, pelemahan dolar AS menambah tekanan margin dan kekhawatiran daya saing.
Data LSG yang dikutip Reuters, Kamis (11/9) menunjuukan, investor asing menjual bersih saham senilai USD 8,8 miliar di India, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Filipina pada Asgutus lalu. Aksi jual ini mengakhiri tren beli tiga bulan berturut-turut.
Trump bulan lalu memberlakukan tarif 10% hingga 50% pada impor dari mitra dagang utama, termasuk 50% untuk India, 20% untuk Taiwan, 19% untuk Indonesia, dan 15% untuk Korea Selatan.
Meski eksportir Asia sebagian besar telah membebankan biaya tarif tersebut ke AS, tekanan margin kemungkinan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang seiring naiknya tarif balasan, kata Nomura dalam laporannya.
Saham India memimpin arus keluar regional dengan penjualan sekitar USD4 miliar, terbesar sejak Januari. Beberapa analis memperkirakan pemotongan pajak berbasis konsumsi bulan ini sebagai respons terhadap tarif AS dapat membantu memulihkan permintaan saham India.
Investor asing juga menjual saham Taiwan senilai USD2,05 miliar, Vietnam USD1,63 miliar, Korea Selatan USD1,06 miliar, dan Thailand USD709 juta bulan lalu.
Namun, saham Indonesia menentang tren dengan arus masuk asing bersih sebesar USD676 juta.
Saham Asia menguat pekan ini, dipimpin sektor teknologi, seiring taruhan bahwa data inflasi AS cukup jinak untuk memastikan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pekan depan, dan kemungkinan dua kali lagi hingga akhir 2025.
Namun, analis menyoroti kekhawatiran atas valuasi saham regional yang sudah tinggi setelah reli terbaru mendorongnya melampaui rata-rata 10 tahun. Pada akhir Agustus, indeks MSCI Asia ex-Japan diperdagangkan pada forward price-to-earnings ratio sebesar 14, tertinggi dalam empat tahun.
"Meski siklus pemangkasan suku bunga The Fed menjadi angin positif, kami memperkirakan ada jeda dalam re-rating pasar seiring berkurangnya dukungan tambahan dari dolar. Potensi kenaikan lebih lanjut kemungkinan besar berasal dari pertumbuhan laba," kata Kepala Strategi Ekuitas Asia Societe Generale, Frank Benzimra. (Reuters)

Sumber : admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now