- Harga tembaga turun karena dolar AS menguat dan kekhawatiran atas lemahnya aktivitas industri di China.
- Permintaan ekspor China stabil meski laba industri turun, dengan produsen meningkatkan output sebelum tarif AS berlaku.
- Indonesia dorong industri nikel, dengan rencana investasi USD8,3 miliar untuk pengembangan hub pemrosesan bersama mitra China.
Ipotnews - Tembaga melorot, Rabu, seiring penguatan dolar AS dan kekhawatiran terhadap lambannya aktivitas industri di China yang membebani sentimen pasar.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,21 persen menjadi USD9.816 per ton metrik pada pukul 14.06 WIB, demikian laporan Reuters, di Singapura, Rabu (27/8).
Sementara itu, kontrak tembaga yang paling aktif di Shanghai Futures Exchange ( SHFE ) menyusut 0,34 persen menjadi 79.190 yuan (USD11.071) per ton.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY) naik 0,2 persen menjadi 98,47, menyusul keputusan Presiden Donald Trump untuk memecat Gubernur Federal Reserve Lisa Cook, yang kembali memicu kekhawatiran pasar atas independensi bank sentral Amerika.
Penguatan dolar membuat harga logam yang dibanderol dalam greenback menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga berpotensi menekan permintaan.
Dari sisi fundamental, data terbaru menunjukkan laba industri di China mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut hingga Juli, mencerminkan lemahnya permintaan domestik serta tekanan dari deflasi harga pabrik.
Meski demikian, pelaku industri manufaktur China melaporkan adanya lonjakan pesanan ekspor baru-baru ini. Permintaan berbasis ekspor sempat menguat pada paruh pertama 2025 ketika produsen mempercepat pengiriman sebelum tarif AS diberlakukan. Namun, pasokan sempat terganggu saat kebijakan tarif mulai berlaku.
"Stabilisasi permintaan di tengah ketegangan perdagangan yang tinggi memberi prospek positif jangka pendek bagi sektor manufaktur China," kata analis ANZ.
Sementara itu, di sektor logam dasar lainnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) berencana mengakses dana investasi USD8,3 miliar pada 2025 untuk membangun pusat pengolahan nikel. Proyek ini akan bekerja sama dengan perusahaan daur ulang baterai dan mineral asal China, GEM. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia.
Logam dasar lainnya di kompleks LME, aluminium turun 0,3% menjadi USD2.630 per ton, nikel melemah 0,16% ke posisi USD15.260, timbal (lead) berkurang 0,05% jadi USD1.987, seng (zinc) merosot 0,59% ke level USD2.797, sedangkan timah menguat 0,42% menjadi USD34.340.
Di bursa berjangka Shanghai, aluminium naik 0,39% menjadi 20.810 yuan, nikel melonjak 1,17% ke level 121.760 yuan, timah menguat 0,73% jadi 271.320 yuan, seng meningkat 0,02% ke posisi 22.310 yuan, sedangkan timbal turun 0,15% jadi 16.890 yuan. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Reprinted from indopremier_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.
Like this article? Show your appreciation by sending a tip to the author.

Leave Your Message Now