Note

Perang Rusia-Ukraina Mengancam Suku Bunga, Dolar Terkoreksi

· Views 151

Indeks dolar AS (DXY) jatuh ke kisaran 96.75-an dalam perdagangan awal sesi New York hari Jumat ini (25/2/2022). Investor dan trader tengah menimbang dampak dari gelombang sanksi terbaru atas Rusia, sekaligus menelaah rilis data inflasi Amerika Serikat terbaru yang lagi-lagi mengungguli ekspektasi.

Perang Rusia-Ukraina Mengancam Suku Bunga, Dolar Terkoreksi

Aksi militer Rusia ke wilayah Ukraina sejak kemarin memantik kemurkaan banyak pihak. Amerika Serikat, Uni Eropa, bersama sejumlah negara sekutu lainnya serentak mengumumkan serangkaian sanksi bagi perusahaan dan entitas penting Rusia guna membatasi aktivitas internasional mereka. Namun, pasukan Rusia masih terus merangsek maju menuju ibukota Ukraina dan menduduki sejumlah posisi strategis.

Uni Eropa kini tengah menggodok sanksi babak ketiga atas Moskow. Salah satu alternatif paling ekstrim yang mencuat adalah pemutusan hubungan Rusia dengan SWIFT, yang berpotensi merusak sarana pembayaran internasional bagi perdagangan-perdagangan luar negeri Rusia.

Sejumlah analis menilai peperangan ini dapat membuat bank-bank sentral utama mempertimbangkan ulang rencana kenaikan suku bunga mereka. The Fed menjadi lebih mungkin menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan, ketimbang 50 basis poin yang sempat diperhitungkan oleh pelaku pasar. Bank sentral Eropa (ECB) pun kemungkinan bakal mensuspensi rencana penarikan stimulus moneternya.

Baca Juga:   BERITA SAHAM 17/07/2018 - DI SEMESTER I, MARKETING SALES DMAS CAPAI Rp561 MILIAR

Sementara itu, kinerja ekonomi negeri Paman Sam tetap ciamik. Data belaja konsumen AS menunjukkan peningkatkan lebih dari ekspektasi pada bulan Januari 2022, meskipun tekanan harga-harga terus meningkat. Indeks harga PCE tercatat meningkat lagi sebanyak 0.6 persen pada Januari 2022, setelah mendaki 0.5 persen pada Desember 2021. Laporan pesanan barang tahan lama (Durable Goods Order) juga kompak menghijau.

“Revisi data pendapatan dan pengeluaran menunjukkan perekonomian sangat tahan terhadap Omicron dan harga minyak yang tinggi. Mudah-mudahan, situasi dengan Rusia berumur pendek. Tetapi bahkan jika harga minyak tetap tinggi, perekonomian semestinya memiliki kekuatan fundamental yang cukup untuk mentolerir harga energi yang pesat,” kata Brian Jacobsen, ahli strategi investasi senior di Allspring Global Investments di Menomonee Falls, Wisconsin.

“Angka-angka inflasi tidak besar, tetapi setidaknya angka inflasi bulanan tidak bergerak lebih tinggi,” kata Jacobsen. “Itu akan menghilangkan angin segar dari kubu-kubu anggota Fed yang paling hawkish.”

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.