Nilai tukar euro meroket terhadap semua mata uang pada perdagangan sesi Eropa hari ini (3/2/2022). Bank sentral Eropa (ECB) mengakui bahwa laju inflasi Zona Euro kemungkinan akan terus berada pada tingkat lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya, sehingga membuka peluang untuk perubahan kebijakan yang lebih hawkish.
Euro sontak melambung lebih dari 1 persen ke kisaran 1.1420-an terhadap dolar AS, sementara EUR/GBP meningkat lebih dari 0.8 persen dan EUR/JPY terbang sekitar 1.4 persen dalam hitungan jam.

ECB tadi sore menegaskan kembali bahwa laju inflasi Eropa tetap diperkirakan akan menurun sepanjang tahun ini. Akan tetapi, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan untuk pertama kalinya bahwa laju inflasi “akan tetap tinggi untuk kurun waktu lebih lama daripada perkiraan sebelumnya. Ia menambahkan, “Mengingat ketidakpastian saat ini, kita sangat perlu mempertahankan fleksibilitas dan opsionalitas dalam pelaksanaan kebijakan moneter.”
Keputusan ECB lainnya dalam rapat kali ini selaras dengan ekspektasi pasar. Suku bunga tetap untuk fasilitas refinancing, pinjaman, dan deposit masing-masing 0.00%, 0.25%, dan -0.50%. Program pembelian obligasi khusus pandemi (PEPP) juga dikonfirmasi akan diakhiri pada Maret mendatang. Tapi pernyataan Lagarde menggemparkan pasar.
“Lagarde sebelumnya mengatakan bahwa kenaikan apa pun tak mungkin terjadi. (Tapi) ia tersandung pada setidaknya dua pertanyaan tentang ini (dalam konferensi pers tadi) dan tidak mengulangi pernyataan bahwa ECB ‘tidak akan’ menaikkan suku bunga tahun ini,” tutur Neil Wilson, kepala analis pasar di Markets.com, dalam catatan untuk kliennya pasca-pengumuman hasil rapat ECB.
“Lebih lambat dari The Fed AS dan Bank of England, Bank Sentral Eropa (ECB) juga mengubah sikapnya dalam menanggapi lonjakan inflasi yang berkelanjutan,” ujar Holger Schmieding, kepala ekonom Berenberg Bank, “Namun, di tengah apa yang tampaknya menjadi perdebatan internal yang kontroversial, rintangan bagi ECB untuk menaikkan suku bunga tahun ini tetap tinggi. Para tokoh dovish di ECB masih dapat berargumen bahwa inflasi tampaknya akan menurun mulai Maret 2022 dan seterusnya, kecuali jika harga energi, lockdown China, atau faktor lain memberikan kejutan baru.”
Reprinted from analisa_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.


Leave Your Message Now