
Jepang kini menghadapi risiko ekstrem yang dikenal sebagai tail risk, yaitu potensi terjadinya spiral negatif antara inflasi dan pelemahan nilai tukar yen. Risiko ini muncul ketika kebijakan pengetatan moneter tertinggal dari laju inflasi, sehingga pelemahan yen justru kembali mendorong kenaikan harga.
Kekhawatiran tersebut menguat seiring meningkatnya tekanan inflasi serta ekspektasi pasar terhadap perubahan kebijakan suku bunga Bank of Japan (BOJ). Kepala Bisnis Global Markets MUFG, Hiroyuki Seki, menyebut bahwa pasar saat ini hampir sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan perubahan kebijakan suku bunga yen dalam waktu dekat, dengan probabilitas mencapai 90%.
Menurut Seki, perhatian investor kini tidak hanya tertuju pada keputusan suku bunga jangka pendek, tetapi juga pada bagaimana BOJ mengomunikasikan arah kebijakan moneternya ke depan. Ia menilai kegagalan bank sentral dalam memberikan sinyal yang jelas mengenai kelanjutan kenaikan suku bunga dapat berdampak negatif terhadap nilai tukar yen.
“Jika BOJ tidak mampu mengelola ekspektasi pasar terkait pengetatan lanjutan, sementara pemerintah justru meningkatkan belanja untuk meredam tekanan publik akibat inflasi, yen berisiko melemah lebih dalam,” ujar Seki, dikutip dari Reuters, Kamis (11/12).
Pelemahan yen tersebut, lanjutnya, dapat kembali meningkatkan biaya impor dan memicu siklus negatif, di mana inflasi dan depresiasi mata uang saling memperkuat satu sama lain. Karena itu, Jepang dinilai perlu segera keluar dari kondisi suku bunga riil yang terlalu rendah.
Seki menegaskan bahwa BOJ sebaiknya bergerak lebih cepat dan konsisten menuju normalisasi kebijakan moneter. Langkah ini penting untuk mencegah situasi di mana pengetatan yang terlalu lambat justru memperburuk tekanan inflasi dan melemahkan yen.
Ia memperkirakan BOJ akan memilih jalur normalisasi secara bertahap, dengan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin setiap enam bulan, selama kondisi ekonomi dan inflasi berjalan sesuai dengan proyeksi bank sentral. Dalam jangka menengah, tingkat suku bunga puncak atau terminal rate diperkirakan berada di kisaran 1,25% hingga 1,5% pada tahun 2027.
Sebagai catatan, BOJ sebelumnya memperkirakan suku bunga netral nominal Jepang berada di rentang 1% hingga 2,5%, yang menjadi acuan bagi arah kebijakan moneter jangka panjang.
Disclaimer: The views expressed are solely those of the author and do not represent the official position of Followme. Followme does not take responsibility for the accuracy, completeness, or reliability of the information provided and is not liable for any actions taken based on the content, unless explicitly stated in writing.


Leave Your Message Now