Note

Akankah Tren Keperkasaan Rupiah Lawan Dolar AS Berlanjut Hari Ini?

· Views 41
Akankah Tren Keperkasaan Rupiah Lawan Dolar AS Berlanjut Hari Ini?
 
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
 

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap penantian investor perihal data dari dalam negeri maupun luar negeri.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka stagnan 0% di angka Rp15.570/US$. Namun beberapa menit berselang, rupiah melemah ke angka Rp15.580/US$ atau sebesar 0,06%.

Sementara DXY pada pukul 09:07 WIB turun ke angka 102,8 atau naik 0,01%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (13/3/2024) yang berada di angka 102,79.

Hari ini, pelaku pasar masih menunggu data penting yang datang dari dalam negeri dan luar negeri.

Pertama, akan ada rilis data klaim pengangguran mingguan yang akan semakin melengkapi kondisi pasar tenaga kerja di AS secara keseluruhan. Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS diproyeksi naik jadi 218 ribu untuk pekan yang berakhir pada 9 Maret 2024, dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217 ribu.

Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik. Karena dipandang menjadi 'pelicin' bank sentral AS (The Fed) untuk menurunkan suku bunga segera.

Pada pekan lalu, Jerome Powell dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.

"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini," kata Powell dalam pidatonya yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.

"Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin," tegasnya.

Berikutnya, pada nanti malam juga akan rilis data mengenai inflasi produsen di AS yang diproyeksi meningkat. Ini mengikuti rilis inflasi konsumen atau CPI pada kemarin lusa

Melansir data Trading Economic, price producer index (PPI) diproyeksikan tumbuh lebih tinggi pada Februari 2024 sebesar 1,1% secara tahunan (yoy) dibandingkan pada Januari sebesar 0,9% yoy. Kendati begitu, untuk indeks harga produsen inti atau core PPI pada Februari 2024 diperkirakan tetap bisa melandai dengan pertumbuhan 1,9% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 2% yoy.

Kemudian ada rilis data juga terkait penjualan ritel di AS untuk periode yang sama. Konsensus Trading Economic memproyeksikan penjualan ritel di negeri Paman Sam ini bisa merangkak naik 1% yoy.

Sebagai informasi, pada bulan sebelumnya penjualan ritel AS jatuh ke 0,6% yoy. Ini menjadikannya sebagai pertumbuhan terendah sejak Mei 2020 lalu.


Dicetak ulang dari cnbcindonesia.com, hak cipta isi berita dimiliki oleh pemilik asli

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.