Note

The Fed Beri Kabar Soal Suku Bunga, Dolar Menguat Tipis Jadi Rp15.590

· Views 84
The Fed Beri Kabar Soal Suku Bunga, Dolar Menguat Tipis Jadi Rp15.590
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
 

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah hasil rapat bank sentral AS (The Fed) kembali mengindikasikan suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,03% di angka Rp15.590/US$. Pelemahan rupiah ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi kemarin (22/2/2024), di mana rupiah naik 0,29%. Sedangkan secara mingguan, rupiah menguat 0,16%.

Sementara DXY pada pukul 14:54 WIB melemah di angka 103,91 atau turun 0,04%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,95.

Adapun hasil rapat The Fed memberikan tekanan bagi mata uang Garuda karena mereka tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi.

Para pejabat mencatat bahwa mereka ingin melihat lebih banyak hal sebelum mulai melonggarkan kebijakan, sambil mengatakan bahwa kenaikan suku bunga kemungkinan besar akan berakhir.

Sebelum pertemuan tersebut, serangkaian laporan menunjukkan bahwa inflasi meskipun masih tinggi namun sudah mengarah menuju target The Fed sebesar 2%. Meskipun notulensi tersebut menilai "kemajuan solid" yang telah dicapai, komite memandang beberapa kemajuan tersebut sebagai sesuatu yang "istimewa" dan mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak akan bertahan lama.

Oleh karena itu, para anggota mengatakan mereka akan "menilai dengan hati-hati" data yang masuk untuk menilai ke mana arah inflasi dalam jangka panjang. Para pejabat mencatat adanya risiko positif dan negatif serta khawatir akan penurunan suku bunga yang terlalu cepat.

 

Tidak sampai di situ, pada kemarin malam waktu Indonesia, Wakil Ketua Federal Reserve Philip Jefferson mengatakan bahwa ia masih mengincar penurunan suku bunga "akhir tahun ini" meskipun ada pembacaan baru mengenai inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.

"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan kita pada akhir tahun ini," kata Jefferson dalam pidatonya di Peterson Institute for International Economics di Washington.

Jefferson memperkirakan belanja konsumen akan melambat, namun terdapat risiko bahwa belanja konsumen bisa menjadi lebih tangguh, yang dapat menyebabkan terhentinya kemajuan inflasi.

Ia melihat setidaknya terdapat tiga risiko utama selain belanja konsumen yang berpotensi lebih tangguh, yakni lapangan kerja bisa melemah karena faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi memudar. Selain itu, risiko geopolitik masih tetap tinggi, dan meluasnya konflik di Timur Tengah dapat berdampak lebih besar terhadap harga komoditas, seperti minyak, dan pasar keuangan global.

Hal ini membuat rupiah menjadi tertekan karena suku bunga yang tinggi memilki korelasi positif dengan DXY yang akan tetap tinggi dalam waktu tertentu.

Dicetak ulang dari cnbcindonesia, hak cipta isi berita dimiliki oleh pemilik asli

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.