Pasardana.id - PT Hillcon Tbk (IDX: HILL) menargetkan pertumbuhan laba kotor sebesar 30 persen pada tahun 2023.
Hal itu ditopang efisiensi operaional di wilayah kerja pertambangan.
Direktur HILL, Jaya Angdika menjelaskan, pertumbuhan laba tahun 2022 ditekan oleh biaya operasional terutama transportasi di salah satu wilayah kerja pertambangan.
Untuk itu, perseroan membangun jembatan angkutan tambang.
“Kami sudah bicara dengan pemilik tambang untuk membuat jembatan angkutan baru. Sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional kami di tahun 2023. Dengan itu, kami dapat meningkatkan pertumbuhan laba kotor sebesar 30 persen,” papar dia kepada media, Rabu (1/3/2023).
Sedangkan hingga kuartal III 2022, HILL mencatatkan laba kotor sebesar Rp579,1 miliar dari hasil pendapatan usaha sebesar Rp2,171 triliun.
Ia menambahkan, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp6 triliun pada tahun 2023, yang ditopang peningkatan porsi pendapatan jasa pertambangan nikel.
“Sekarang, pendapatan dari segmen jasa pertambangan batu bara masih 58 persen sedangkan sisanya dari nikel. Mulai tahun ini, porsi pendapatan jasa pertambangan nikel akan naik lebih dari 50 persen,” kata dia.
Ia juga bilang, perseroan menggenjot pendapatan dari jasa pertambangan nikel dipicu kebijakan industri Pemerintah pada peningkatan nilai tambah untuk komoditas mineral dan telah menghasilkan pengembangan infrastruktur lokal untuk memproses ore yang diekstraksi, sehingga meningkatkan permintaan ore dalam negeri, dengan menghentikan ekspor ke pasar luar negeri.
“Indonesia produsen nikel terbesar di dunia dengan memproduksi sekitar 1,2 juta dan diprediksi akan tetap menjadi penyumbang terbesar pasokan bijih nikel dan nikel jadi di dunia, dengan perkiraan pangsa pasar mencapai 38 persen pada tahun 2024,” papar dia.
Ia menambahkan, Industri nikel merupakan salah satu sektor yang tumbuh pesat di Indonesia.
Produk nikel saat ini mengalami permintaan yang sangat tinggi, terutama dalam bentuk feronikel dan NPI (nickel pig iron).
Indonesia juga mengekspor Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian diolah lebih lanjut menjadi nickel sulphate, bahan utama pembuatan baterai mobil listrik (electric vehicle/EV).
Dalam perkembangannya, sektor nikel Indonesia diperkirakan akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memproduksi baterai EV di dalam negeri, sehingga dapat memberikan peningkatan permintaan nikel domestik di Indonesia.
Untuk menangkap peluang itu, jelas dia, HILL telah menambah modal sebesar Rp552,8 miliar dari aksi IPO.
Rencananya, 55 persen dana hasil IPO untuk modal kerja terkait dengan biaya produksi penambangan, termasuk diantaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, pemeliharaan seluruh alat-alat berat.
Lalu, 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS, yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.
Hot
No comment on record. Start new comment.