Semua jalan tampaknya mengarah kembali ke masukan yang sama - meningkatnya permintaan China
Bengaluru (ANTARA) - Harga minyak menetap satu persen lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang reli baru-baru ini yang dibangun di sekitar meningkatnya permintaan China, sementara pasar menghapus minggu kedua berturut-turut dari peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret terangkat 1,18 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi menetap di 86,16 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari bertambah 85 sen atau 1,1 persen, menjadi ditutup di 80,33 dolar AS per barel.

Harga penutupan Kamis (19/1) adalah level penyelesaian tertinggi untuk kedua kontrak acuan sejak 1 Desember.

Permintaan minyak China naik hampir 1 juta barel per hari (bph) dari bulan sebelumnya menjadi 15,41 juta barel per hari pada November, level tertinggi sejak Februari, menurut angka ekspor terbaru yang diterbitkan oleh Joint Organizations Data Initiative.

Pasar energi bisa lebih ketat pada 2023, terutama jika ekonomi China pulih dan industri minyak Rusia berjuang di bawah sanksi, kata kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol, Kamis (19/1).

Harga minyak turun lebih dari satu dolar per barel di awal sesi, karena pedagang membukukan keuntungan dan data AS yang menunjukkan ekonomi kehilangan momentum. Kedua harga acuan minyak mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan pada Selasa (17/1).

Harga juga sempat tertekan setelah data Administrasi Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan stok minyak mentah AS pekan lalu naik 8,4 juta barel, kenaikan terbesar sejak Juni 2021.

Analis UBS, Giovanni Staunovo menggambarkan data EIA sebagai "laporan bearish, dengan peningkatan persediaan minyak mentah dan bensin yang besar, tetapi peningkatan dari minggu lalu, dengan pemulihan permintaan minyak tersirat dan kilang berjalan dari dampak badai musim dingin Elliot."

Margin penyulingan bensin AS diperdagangkan pada level tertinggi baru lima bulan untuk sesi keempat berturut-turut pada Kamis (19/1), di tengah optimisme tentang meningkatnya permintaan perjalanan dari pembukaan kembali China dan ancaman terhadap pasokan produk olahan dari pemogokan di Prancis.

"Semua jalan tampaknya mengarah kembali ke masukan yang sama - meningkatnya permintaan China," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

"Ada begitu banyak sentimen bullish di luar sana, begitu banyak ketakutan, yang terus menopang pasar ini."

Baca juga: Harga minyak turun hampir 1 dolar, tertekan stok dan data "bearish" AS

Baca juga: Minyak turun, kekhawatiran resesi AS imbangi harapan pemulihan China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2023