Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah menguat tajam hanya dalam 3 hari. Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (13/1/2023), mata uang Garuda melesat ke Rp15.148,5. Padahal pada Selasa (10/1/2023), rupiah masih bertengger di Rp15.575,5 per dolar AS.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengatakan dampak dari menguatnya nilai tukar rupiah akan membuat harga barang impor turun.
"Penguatan nilai tukar rupiah bisa berdampak terhadap nilai impor suatu produk menjadi lebih murah," kata dia kepada IDN Times, Sabtu (14/1/2023).
Baca Juga: Cadangan Devisa Akhir 2022 Naik Rp50 Triliun
1. Inflasi di dalam negeri bisa menjinak
ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama) Dia menjelaskan bahwa beberapa bahan baku terutama untuk kebutuhan industri manufaktur di dalam negeri masih menggunakan produk impor. Meroketnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan membuat harga bahan baku lebih murah.
"Ketika nilai tukar rupiah menguat ini mereka akan membeli bahan baku dengan harga yang lebih murah tentunya," ujarnya.
Akibatnya, secara tidak langsung, inflasi terutama inflasi yang disumbang oleh barang-barang impor juga bisa diminimalisir.
"Sekali lagi dalam konteks Indonesia ini tentu berguna karena angka inflasi saat ini berada pada level yang relatif masih tinggi," tambah Rendy.
Baca Juga: Harga Barang-Barang Naik, Pemerintah Serukan Kurangi Impor
2. Bunga cicilan di bank bisa turun
Editor’s picks
- 25 Website Penghasil Uang yang Aman dan Terpercaya, Cobain!
- Apa itu Galbay Pinjol? Kenali Pengertian dan Risikonya
- 10 Anak Muda Terkaya Dunia di 2022, Ada yang Masih 19 Tahun lho!
Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama) Hal senada diungkapkan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. Menurutnya, keuntungan rupiah menguat akan mendorong harga barang impor lebih terjangkau.
Terlebih, selama satu tahun terakhir biaya impor naik karena pelemahan kurs sekaligus gangguan logistik. Jika rupiah terus menguat maka harga bahan baku dan barang modal termasuk mesin industri masih bisa terjaga.
"Penguatan rupiah juga memberikan efek positif bagi inflasi didalam negeri terutama ada risiko yang lebih rendah dari imported inflation atau inflasi karena pelemahan kurs. Ekspektasi inflasi bisa dibawah 5 persen tahun ini," tuturnya.
Penguatan kurs, dijelaskan Bhima juga memengaruhi keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga suku bunga tetap stabil, dan cadangan devisa bisa lebih terjaga.
Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan bisa ditekan yang pada akhirnya akan membuat bunga pinjaman di bank menjadi lebih bersahabat.
"Bagi masyarakat ini berita baik, kemampuan mencicil KPR dan kredit usaha misalnya jadi lebih besar," tambahnya.
Baca Juga: Soal Impor Beras, Zulhas: Mentan Bilang Surplus Tapi Beras Bulog Habis
3. Rupiah menguat dipengaruhi faktor eksternal
Ilustrasi Kurs Rupiah. (IDN Times/Aditya Pratama) Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menilai bahwa faktor yang mengerek penguatan kurs rupiah berkat sentimen inflasi di Amerika Serikat yang melandai.
"Data inflasi konsumen AS bulan Desember yang dirilis semalam hasilnya menunjukkan inflasi AS menurun, bisa membantu penguatan rupiah," ujar Ariston kepada IDN Times, Jumat pagi.
Ariston menambahkan, data inflasi AS tersebut memperkuat ekspektasi bahwa kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS lebih kecil tahun ini.
Hot
No comment on record. Start new comment.