Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank telah menyalurkan pembiayaan Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Usaha Kecil Menengah (PKE UKM) sebesar Rp666 miliar kepada 100 pelaku UKM yang tersebar di seluruh Indonesia hingga November 2022.

Direktur Pelaksana LPEI Maqin U Norhadi dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, menyampaikan sektor usaha didominasi oleh produk furnitur sebesar 32 persen dari portofolio berdasarkan produk ekspor.

“Penyaluran pembiayaan melalui Program PKE UKM difokuskan untuk mendukung peningkatan daya usaha UKM berorientasi ekspor, khususnya yang terdampak pandemi COVID-19. Melalui fasilitas pembiayaan ini, LPEI mengakomodir hambatan-hambatan yang dihadapi UKM, antara lain keberlangsungan usaha, mempertahankan karyawannya,” ujar Maqin.

Baca juga: Pemerintah waspadai risiko global meski neraca dagang masih surplus

Aspek developmental impact juga menjadi pertimbangan LPEI dalam penyaluran pembiayaan, bahwa setiap Rp1 miliar pembiayaan PKE yang disalurkan menciptakan tambahan nilai konsumsi sebesar Rp2,2 miliar, nilai ekspor Rp2,03 miliar, nilai impor Rp1,66 miliar, dan pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) Rp4,09 miliar.

Selain itu LPEI juga meningkatkan kelas pelaku UMKM melalui program yang menyasar perbaikan aspek non-finansial, seperti Coaching Program for New Exporter (CPNE) yaitu program pelatihan rintisan eksportir baru dan Desa Devisa sebagai program pengembangan masyarakat berbasis komoditas untuk menghasilkan devisa. Kemudian program marketing handholding untuk memasarkan UMKM lokal melalui lokapasar global.

“Kami berharap dengan adanya program PKE UKM ini LPEI dapat terus mendukung eksportir UKM di Indonesia agar beroperasi secara maksimal dan tetap memiliki daya saing di tengah kondisi guncangan global yang senantiasa terjadi,” ujar Maqin.

Baca juga: Teten targetkan ekspor produk UMKM tembus 17 persen pada 2024

LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp1 triliun untuk membantu UKM berorientasi ekspor di tengah situasi pasca-pandemi dan perkiraan ketidakpastian global pada 2023.

“Dengan kondisi dunia yang sedang sibuk menekan inflasi, antara lain yang diwujudkan dengan kenaikan suku bunga, akan menyebabkan kelemahan kinerja ekonomi negara-negara destinasi ekspor kita. Sehingga kita juga harus mewaspadai pengaruhnya kepada kinerja ekspor kita ke depan,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Sebagai informasi ekspor Indonesia tumbuh sebesar 5,6 persen secara tahunan dan neraca perdagangan surplus sebesar 5,16 miliar dolar AS pada November 2022.

Baca juga: Kemenkeu: Neraca perdagangan RI surplus di tengah risiko global
 

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022