Note

Momok Resesi Menenggelamkan Minat Risiko, Dolar AS Menguat

· Views 26

Peringatan terbaru dari IMF dan World Bank memperburuk minat risiko pasar, sehingga menguntungkan aset safe haven dan merugikan mata uang-mata uang yang peka risiko. Indeks dolar AS (DXY) kembali menjejakkan kaki pada kisaran 110.00 dalam perdagangan sesi Eropa hari Jumat (16/9/2022). Sebaliknya, kurs yuan China amblas hingga menembus level psikologis krusial pada 7.000.

Momok Resesi Menenggelamkan Minat Risiko, Dolar AS Menguat Grafik DXY Daily via TradingView

World Bank dan IMF kemarin kompak menyampaikan peringatan tentang ancaman perlambatan ekonomi global. Kepala Ekonom World Bank, Indermit Gill, mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan terjadinya "stagflasi umum", yakni suatu periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi.

World Bank telah memangkas proyeksi pertumbuhan untuk sebagian besar negara. IMF menilai masih terlalu dini untuk menyatakan apakah resesi akan terjadi secara luas, tetapi memperkirakan prospek ekonomi global tetap suram dan beberapa negara akan mengalami resesi pada 2023.

Pernyataan kedua lembaga dunia itu membangkitkan kembali momok resesi bagi kalangan trader dan investor. Konsekuensinya, pasar melepas aset-aset yang dianggap berisiko lebih tinggi.

Yuan China jatuh ke bawah ambang 7.0000 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun terakhir. Padahal, sejumlah data ekonomi China hari ini menampilkan kinerja ekonomi yang tetap tangguh. Produksi industri China tumbuh melampaui estimasi konsensus, sementara penjualan ritel meningkat paling cepat dalam enam bulan terakhir.

EUR/USD tersungkur lagi ke bawah ambang paritas (1.000), kendati data inflasi Zona Euro untuk periode Agustus 2022 mendukung kenaikan suku bunga lanjutan. AUD/USD dan NZD/USD juga mengalami penurunan lebih lanjut pada area terendah multi-tahun.

GBP/USD menjadi pasangan mata uang mayor berkinerja terburuk hari ini. Sentimen pasar memburuk bertepatan dengan publikasi data penjualan ritel Inggris yang mengecewakan. Analis dari Capital Economics mengklaim bahwa kejatuhan penjualan ritel itu menandakan perekonomian Inggris telah mengalami resesi.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.