Note

Sentimen Bank Swiss sampai Inggris Ikut ‘Kepung’ IHSG

· Views 99
Sentimen Bank Swiss sampai Inggris Ikut ‘Kepung’ IHSG
Sentimen Bank Swiss sampai Inggris Ikut ‘Kepung’ IHSG. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 1% pada awal perdagangan hari ini, Jumat (17/6/2022). Sentimen negatif dari bank sentral global tampaknya masih membayangi pasar domestik usai kemarin IHSG menghijau.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.26 WIB, IHSG merosot 1,06% ke 6.975,78 dengan nilai transaksi Rp2,71 triliun dan volume perdagangan 5,13 miliar saham. Pagi ini, semua indeks sektoral terbenam di zona merah, dengan indeks teknologi menjadi yang paling turun (-1,61%).

BACA JUGA:
IHSG Berpotensi Tertekan di 6.898 - 7.123, Berikut Menu Saham Pilihan

Pelemahan ini terjadi seiring investor asing melakukan jual bersih Rp141,84 miliar di pasar reguler, dengan 3 saham bank utama menjadi yang paling banyak dilego.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,13% dengan nilai jual bersih asing Rp44,2 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merosot 1,98% dengan catatan jual bersih asing Rp41,3 miliar.

BACA JUGA:
Rajin Bagi Dividen, Saham Unilever Indonesia (UNVR) Masih Downtrend

Kemudian, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terdepresiasi 2,09% diiring aksi lego asing senilai Rp16,5 miliar.

Informasi saja, ketiga saham tersebut menempati posisi 5 besar saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi, dengan BBCA dan BBRI di peringkat pertama dan kedua. Karenanya, dalam taraf tertentu, pergerakan ketiganya turut mempengaruhi gerak IHSG.

BACA JUGA:
IHSG Hari Ini Turun 1,2 Persen, Seluruh Sektor Kompak Merosot

Pergerakan asing hari ini berbeda dengan kemarin ketika membukukan pembelian bersih Rp392 miliar di pasar reguler. Kemarin, IHSG juga berhasil naik 0,62% bersamaan dengan menguatnya bursa Asia dan bursa saham AS alias Wall Street.

Pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, Dow Jones naik 1,00%, S&P 500 menguat 1,46%, dan Nasdaq kembali menghijau 2,50%. Rebound ketiga indeks utama Wall Street tersebut seolah memberi sinyal bahwa investor telah mengantisipasi keputusan suku bunga bank sentral AS, The Fed.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen poin, kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994. Langkah The Fed ini semata untuk mengekang angka inflasi yang telanjur tinggi.

Memang, aksi kerek bunga secara agresif dan segala kebijakan pengetatan moneter lainnya harus di bayar mahal: ekonomi AS bisa melambat dan jatuh ke dalam resesi.

Wall Street sendiri sempat bergejolak setelah pengumuman suku bunga, sebelum kemudian berbalik ke zona hijau setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan dalam konferensi persnya bahwa akan ada kenaikan sebesar 50 basis poin atau 75 basis poin kemungkinan besar pada pertemuan berikutnya di bulan Juli.

Walaupun, dia tidak mengharapkan kenaikan 75 basis poin menjadi patokan umum.

Swiss dan Inggris Kerek Bunga, Wall Street Kembali Anjlok

Ternyata, pasar belum benar-benar telah menakar dampak lanjutan dari aksi The Fed.

Dini hari tadi waktu Indonesia, Wall Street kembali anjlok. Dow Jones turun 2,42% ke 29.927,07, level terendah sejak Januari 2021. S&P 500 dan Nasdaq yang sarat saham teknologi masing-masing anjlok 3,25% dan 4,08%.

Menurut catatan Financial Times, investor kembali khawatir terhadap aksi kerek bunga ala bank sentral global demi menjinakkan inflasi akan berujung ke perlambatan ekonomi bahkan resesi.

Ini karena bank sentral Swiss mengejutkan pasar dengan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2007. Swiss Nasional Bank (SNB) menaikan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi minus 0,25%.

"SNB telah begitu lama berada di kubu ultra-dovish [pro kebijakan moneter longgar, red]," kata Francesco Pesole, ahli strategi mata uang di ING kepada FT.

 "Kalau bahkan mereka ikut menaikkan suku bunga, hal tersebut mengirim pesan ke pasar bahwa bank sentral melihat musim panas ini sebagai kesempatan terakhir mereka untuk melakukan sesuatu tentang inflasi sebelum kita mencapai perlambatan [ekonomi, red] global,” lanjut Pesole.

Hal senada diungkapkan Seema Shah, kepala strategi di Principal Global Investors.

"Ini adalah rintangan terakhir sebelum [ekonomi] jatuh," kata Seema, dikutip Wall Street Journal.

“Jika kita menyaksikan bank sentral yang telah dianggap secara permanen dovish menaikkan suku bunga, maka tidak dapat disangkal bahwa ada masalah inflasi besar dalam ekonomi global.”

Sementara, menurut catatan Wall Street Journal, dengan aksi kerek bunga oleh SNB, saat ini hanya bank sentral Jepang (BOJ), di antara ekonomi negara maju, yang belum kunjung menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.

Tidak hanya Swiss, bank sentral Inggris (Bank of England) juga pada Kamis ikut menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 1,25%. Dengan ini, Bank of England telah menaikkan suku bunga sebanyak 5 kali beruntun di tiap pertemuan.

Di kawasan Eropa, indeks Stoxx Europe 600 anjlok 2,47% pada Kamis kemarin. Demikian pula dengan indeks FTSE 100 (London) ambles 3,14% dan Dax Frankfurt merosot 3,31%.

Sementara, pagi ini, bursa Asia juga cenderung turun, dengan Nikkei 225 Index (Tokyo) menjadi yang paling melemah, yakni 2,17%. (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.