Boris Johnson mendesak Eropa untuk mengakhiri ketergantungan pada minyak dan gas Rusia

Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, meminta para pemimpin Eropa lainnya untuk menahan "intimidasi" dan "pemerasan" Kremlin atas ekspor minyak dan gas Rusia. Sayangnya untuk Eropa, ada jalan panjang sebelum negara-negara Barat mengatasi ketergantungan ini. Selain itu, UE menghadapi tantangan dalam mencari pemasok minyak dan gas baru.

Para pihak berwenang Barat setuju bahwa Moskow mempersenjatai ekspor minyaknya. Sementara mengebom warga sipil di Ukraina, Kremlin diuntungkan dari melonjaknya harga energi pada saat yang sama. “Kita tidak bisa terus seperti ini. Dunia tidak dapat menjadi sasaran pemerasan terus-menerus ini," jelas sang Perdana Menteri. Boris Johnson memperingatkan tentang masa-masa sulit nanti. "Selama Barat secara ekonomi bergantung pada Putin, dia akan melakukan segala hal demi mengeksploitasi ketergantungan itu," tambahnya. Setelah konsumen Eropa bebas dari minyak dan gas Rusia serta bahan bakar fosil, mereka akan memastikan keamanan energi mereka.

Dalam artikel surat kabarnya, Johnson mengakui "kesalahan besar" dibuat setelah aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014, ketika negara-negara Barat "memutuskan bahwa kita bisa kembali normal". Setelah mengutuk kebijakan cerdik Moskow, AS dan sekutu Eropanya membuat konsesi, termasuk sektor energi. "Hubungan ekonomi tidak hanya berlanjut - namun meningkat, dan Barat mendapat lebih banyak gas Rusia, menjadi lebih bergantung pada Putin dan lebih terbuka pada keanehan harga gas dan minyak global," pungkasnya.