Emas secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai inflasi.
Chicago (ANTARA) - Harga emas berbalik menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) karena meningkatnya kekhawatiran inflasi membentung selera terhadap aset-aset risiko dan mendorong permintaan untuk logam yang dinilai lebih aman meskipun penguatan dolar AS membatasi kenaikan emas.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, terangkat 3,6 dolar AS atau 0,21 persen, menjadi ditutup pada 1.759,30 dolar AS per ons. Sehari sebelumnya, Senin (11/10/2021), emas berjangka terpangkas 1,7 dolar AS atau 0,1 persen menjadi 1.755,70 dolar AS.

Emas berjangka juga melemah 1,8 dolar AS atau 0,1 persen menjadi 1.757,40 dolar AS pada hari Jumat (8/10) setelah turun 2,6 dolar AS atau 0,15 persen menjadi 1.759,20 dolar AS pada hari Kamis (8/10), dan menguat 0,9 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.761,80 dolar AS pada hari Rabu (5/10). Krisis energi global telah mengancam prospek ekonomi dan memicu ketakutan inflasi, kemudian mendorong beberapa investor beralih menuju aset-aset yang lebih aman.

"Kami melihat dukungan yang datang dari gagasan umum bahwa tekanan inflasi akan cukup untuk menahan emas di tengah lingkungan, tempat kami melihat Federal Reserve perlahan bergerak untuk mengurangi pembelian aset," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Akan tetapi, kata Meger, secara keseluruhan dolar membatasi kenaikannya.

Emas secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai inflasi. Namun, pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, yang diterjemahkan menjadi peluang kerugian yang lebih tinggi memegang emas yang tidak membayar bunga.

"Ada lebih banyak penghindaran risiko di pasar dan emas diuntungkan dari itu, ditambah dengan kekhawatiran tentang inflasi dan pendinginan ekonomi global," kata analis Commerzbank Daniel Briesemann.

Jika pembicaraan stagflasi makin mengemuka, kata Briesemann, emas bisa mencapai 1.900 dolar AS di akhir tahun karena suku bunga akan tetap relatif rendah, bahkan ketika Fed mulai melakukan tapering.

Fokusnya pada risalah dari pertemuan kebijakan Fed 21—22 September dan indeks harga konsumen, keduanya akan dirilis pada hari Rabu waktu setempat.

Emas juga mendapat dukungan setelah Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 dan 2022.

Dalam laporan World Economic Outlook yang dirilis pada hari Selasa (12/10/2021), IMF mengatakan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 5,9 persen tahun ini, turun 0,1 poin persentase dari perkiraan Juli, dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi global melambat menjadi 4,9 persen pada tahun 2022.

IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan AS pada tahun ini sebesar 1 persen menjadi 6,0 persen.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Selasa (12/10) bahwa lowongan pekerjaan AS turun 659.000 menjadi 10,4 juta pada hari terakhir Agustus, juga memberikan dukungan tambahan untuk emas.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan Desember turun 15,1 sen atau 0,67 persen, menjadi ditutup pada 22,514 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Januari naik 4,8 dolar AS atau 0,48 persen, menjadi ditutup pada 1,011,7 dolar AS per ons.

Baca juga: Emas tergelincir lagi karena reli dolar lampaui kekhawatiran stagflasi

Baca juga: Emas turun 1,8 dolar, tertekan kemungkinan Fed setop stimulus ekonomi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2021