Note

Cara Pendiri Evergrande Hui Ka Yan Mencoba Selamatkan Kerajaan Bisnisnya

· Views 30
Cara Pendiri Evergrande Hui Ka Yan Mencoba Selamatkan Kerajaan Bisnisnya
Cara pendiri Evergrande Hui Ka Yan mencoba selamatkan kerajaan bisnisnya. Foto: Reuters

BEIJING, iNews.id - Pendiri dan Ketua Evergrande Hui Ka Yan setelah empat tahun bersaing dengan pendiri Alibaba Jack Ma untuk posisi orang terkaya di Asia, kini kekayaannya telah jatuh dan kerajaan real estate-nya di ambang kehancuran. 

Dia yang berjuang dari kemiskinan di pedesaaan China untuk membangun salah satu perusahaan properti terbesar di dunia saat masa sulit yang dialami sebelumnya bisa mengandalkan bantuan dari teman-teman konglomeratnya dan dukungan pemerintah setempat. Namun kini dengan utang mencapai 305 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan harga aset perusahaan yang anjlok, Hui tampak sendirian dari sebelumnya. 

BACA JUGA:
Perusahaan Mobil Listrik Evergrande Kesulitan Bayar Pemasok

"Tidak ada kepentingan untuk menyelamatkannya. Dalam kondisi dia saat ini, menurut saya koneksi politik pun tidak ada datang untuk menyelamatkannya," kata Desmond Shum, penulis Red Roulette dan orang yang pernah menemani Hui membeli superyatch, dikutip dari Bloomberg, Senin (11/10/2021). 

Apa yang terjadi pada Hui terbuka untuk dipertanyakan, termasuk apakah dia akan mempertahankan kepemilikan kerajaan bisnisnya. Salah satu teman sesama miliarder Zhang Jindong kehilangan kendali atas cabang ritel Suning ketika menerima bailout yang dipimpin pemerintah pada Juli lalu, di mana sebagian karena dia membantu Hui keluar dari kesulitan. 

BACA JUGA:
Kisah Pendiri Evergrande: Lahir Miskin, Pernah Jadi Orang Terkaya Kini di Ambang Bangkrut

Kerajaan bisnis Hui berubah menjadi salah satu korban terbesar dari upaya Presiden China Xi Jinping untuk mengekang ekses konglomerat yang dipicu utang dan meredakan risiko di pasar perumahan. Evergrande dan perusahaan afiliasinya dibangun dengan dana dari penerbitan obligasi dolar AS, penjualan saham, pinjaman bank, dan pembiayaan nonbank. Evergrande saat ini menghadapi minimal restrukturisasi utang, yang bisa menjadi terbesar di China. 

Bahkan pendukung jangka panjangnya mungkin kehilangan kesabaran. Chinese Estates Holdings Ltd yang dikendalikan konglomerat properti Joseph Lau telah menjual saham Evergrande dan mengatakan bisa menjual seluruh sahamnya di perusahaan tersebut.  

BACA JUGA:
Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai Gagal Bayar Evergrande

Sementara itu, Hui telah bertemu dengan semua karyawannya bulan lalu, dan menandatangani pernyataan publik yang menekankan pentingnya menyelesaikan konstruksi properti yang dijual. 

Namun kurangnya dukungan publik untuk Hui dari pemerintah dan kekayaannya yang jatuh 15 miliar dolar AS tahun ini memaksanya untuk mengintensifkan upaya untuk menyelamatkan kerajaan bisnisnya, seperti menjual saham di beberapa aset Evergrande yang dulu berharga. Ini termasuk menjual kepemilikan mayoritas di unit layanan propertinya ke pengembang lain yang dikendalikan oleh keluarga miliarder Chu.

BACA JUGA:
Bagaimana Dampak Krisis Evergrande ke Indonesia? Ini Kata BI

Hui telah melewati banyak tantangan di masa lalu. Dia lahir di provinsi Henan pada 1958. Setelah kehilangan ibunya saat masih bayi, dia dibesarkan oleh nenek dan ayahnya. 

Pendidikan memberikan jalan keluar bagi Hui dari kemiskinan. Dia lulus dari Institut Sains dan Teknologi Wuhan pada 1982. Setelah bekerja di sebuah perusahaan baja, dia berhenti pada 1992 untuk mencoba peruntungannya di bidang real estat.

BACA JUGA:
Ini yang Membedakan Krisis Evergrande dengan Lehman Brothers

Hui mendirikan Evergrande pada 1996 di selatan kota Guangzhou, dan selama dekade berikutnya membangun perusahaan menjadi raksasa properti. Dia tidak berhenti di properti. Hui membeli klub sepak bola dan bola voli, mendirikan perusahaan air minum kemasan, hiburan online, perbankan, dan asuransi. Dia bahkan pernah bersumpah untuk melampaui Elon Musk dengan perusahaan mobil energi baru paling kuat di dunia.

Seiring pertumbuhan perusahaan, kekayaannya juga sempat mencapai 42 miliar dolar AS pada 2017 lalu. Kepemilikan saham mayoritas di Evergrande, membuat dia mendapat banyak keuntungan dari dividen. Menurut perhitungan Bloomberg, dia mengantongi 8 miliar dolar AS sejak 2011.

Dia pun membeli rumah mewah, termasuk satu di Sydney yang harus dijual pada 2015 setelah pemerintah Australia menemukan pembelian itu melanggar aturan investasi asing. Dia adalah satu-satunya bos perusahaan yang memiliki rumah senilai 100 juta dolar AS di perbukitan di Hong Kong, sebelum mengundurkan diri baru-baru ini.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.