Note

Berinvestasi di Forex Setelah Dengar Curhat Kevin Aprilio Bikin Ngeri?

· Views 408

Lewat akun instagramnya, musisi Kevin Aprilio menceritakan pengalaman "pahit"-nya sewaktu berinvestasi foreign exchange (forex) sekitar empat tahun yang lalu. 

Anak dari pasangan Addie MS dan Memes ini mengaku rugi besar hingga berutang 17 miliar rupiah setelah investasi forex yang dilakukannya mengalami kegagalan. Dengan kerugian sebesar itu, pemuda yang kini berumur 29 tahun tersebut sempat merasa depresi hingga terpikir mengakhiri hidup.

Biarpun terpuruk secara finansial, Kevin cukup beruntung karena masih ada keluarga dan teman yang mendukungnya. Berkat dukungan tadi, ia bisa bangkit menata hidupnya kembali.

Meskipun harus menjual aset, seperti rumah dan mobil mewah, perlahan Kevin mulai melunasi utang-utangnya. Kini masa-masa suram itu telah berlalu, dan ia berterima kasih kepada semua orang yang sudah membantunya melewati masa sulit tersebut.

Kevin barangkali adalah satu di antara sekian banyak investor forex yang berani mengungkap kegagalannya. Umumnya ketika investasi yang dilakukan gagal, investor hanya berdiam diri.

Perasaan malu kerap mengganjal langkah investor tersebut untuk mengakui kegagalannya kepada orang lain. Investor tersebut mungkin takut kalau berbicara terbuka, ia justru akan mendapat olokan, ejekan, atau bahkan hinaan dari orang lain. Hal itu jelas hanya akan memperburuk situasi.

Pengalaman Kevin tadi bisa jadi pelajaran penting untuk semua orang. Bahwa forex ternyata bukanlah investasi sembarangan. Jika tidak memahami forex dengan baik, sebaiknya investor tidak berinvestasi. Investor yang bersangkutan bisa rugi seperti yang dialami Kevin.

Makanya, sampai sekarang, saya enggan menanamkan uang di forex. Biarpun dulu sempat ada kenalan yang mengajak saya untuk berinvestasi di forex karena konon instrumen tersebut bisa menghasilkan keuntungan besar dalam waktu relatif singkat, saya tetap bergeming menanggapinya.

Sebab, dalam berinvestasi, saya memegang nasihat Peter Lynch: "Know what you own, and know why you own it." Berinvestasilah di instrumen yang dikenal baik karena itu akan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.

Meskipun berisiko tinggi dan terkesan ruwet, investasi forex sebetulnya sederhana. Di tingkat dasariah, untuk mulai berinvestasi forex, kita membeli mata uang tertentu, menyimpannya sekian lama, dan menjualnya ketika nilainya di atas harga beli sebelumnya. Tidak ada yang sulit bukan?

Nah, yang rumit itu justru trading forex. Trading forex sebetulnya mirip dengan trading saham. Keduanya hanya mencermati naik-turunnya harga. Makanya, investor yang melakukan trading forex mesti rajin memantau grafik. Grafik ini menunjukkan fluktuasi harga yang cepat dan dinamis.

Sedikit saja investor lengah, harga mata uang yang dibelinya bisa berbalik arah. Dari untung bisa jadi rugi. Pun sebaliknya. Sungguh capai memang. Apalagi pasar forex buka 24 jam sehari dan libur hanya saat weekend. Sanggupkah kita terus memerhatikan grafik dari waktu ke waktu seperti itu?

Oleh karena berpijak pada tren, investor forex umumnya dibekali dengan sejumlah indikator dari analisis teknikal, yang umumnya dipakai untuk trading saham. Indikator itu di antaranya adalah Moving Average, Stochastic, dan Bollinger Bands. Indikator tadi digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga yang akan terjadi kemudian.

Pasar forex memang sangat spekulatif. Pergerakan harganya sensitif terharap isu yang beredar. Misal, sewaktu Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 2.25% dan 2.5% pada tanggal 20 Juni kemarin, mata uang dollar cenderung tertekan. Nilainya turun menghadapi "gempuran" mata uang lain. Jadi, investor yang membeli dollar sebelum peristiwa tersebut jelas akan menanggung kerugian.

Atas dasar itulah ada banyak orang yang akhirnya "keok" berinvestasi di forex. Sebab, sifatnya sangat fluktuatif dan spekulatif. Tidak ada yang bisa memprediksi secara jelas arah pergerakan harganya. Semuanya hanya berdasarkan tren.

Berbeda dengan investasi saham. Di saham, investor masih bisa "meneropong" potensi harga yang akan terjadi. Sebab, ada analisis fundamental yang sepenuhnya berfokus pada kinerja perusahaan dan bisa dijadikan landasan kuat dalam mengambil keputusan investasi dan menentukan harga.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, forex bukanlah instrumen investasi sembarangan. Sepertinya hanya orang-orang tertentu yang mempunyai keahlian khusus, yang bisa menuai untung darinya.

Makanya, instrumen ini belum tentu cocok untuk semua orang, terutama yang profil risikonya konservatif, sebab pasar forex sangat rentan dan rawan terhadap semua jenis perubahan. Jadi, sebelum mulai berinvestasi forex, sebaiknya investor mempelajari terlebih dulu mekanismenya dengan cermat supaya kasus Kevin di atas bisa dihindari.

 

Diunggah ulang dari Kompasiana, semua hak cipta dimiliki oleh penulis asli.

Edited 15 Apr 2021, 10:07

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.