Note

Emas vs Bitcoin vs Dolar AS, Mana yang Paling Cuan Bulan Ini?

· Views 57

Dalam beberapa pekan terakhir, kenaikan yield (obligasi) Treasury Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir menjadi isu pelaku pasar. Kenaikan yield Treasury tersebut tentunya mempengaruhi aset-aset lainnya.

Dolar AS menjadi salah satu yang diuntungkan, sebab kenaikan yield tersebut terjadi akibat ekspektasi pemulihan ekonomi serta kenaikan inflasi di Negeri Paman Sam.

Melansir data Refinitiv, sepanjang bulan Maret hingga Selasa (17/3/2021), dolar AS menguat 1,3% melawan rupiah. Sementara itu, emas menjadi aset yang terpukul di bulan ini. Pada 8 Maret lalu emas dunia sempat merosot ke US$ 1.681,24/troy ons, merosot 3%. Level tersebut merupakan yang terendah dalam 9 bulan terakhir.

Tetapi setelahnya, meski setelahnya perlahan mulai rebound. Pada periode 1 - 17 Maret, emas dunia menguat tipis 0,63%. Sementara itu harga emas Antam pada periode tersebut menguat lebih dari 1%.

Emas vs Bitcoin vs Dolar AS, Mana yang Paling Cuan Bulan Ini?

Kenaikan harga emas Antam lebih tinggi dari emas dunia, sebab terbantu pelemahan rupiah.

Emas dunia merupakan acuan emas Antam. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, ketika rupiah melemah maka harganya akan lebih mahal ketika dikonversi. Oleh karena itu, harga emas Antam kenaikannya lebih tinggi ketimbang emas dunia.

Sementara itu, bitcoin yang digadang-gadang sebagai emas digital justru melesat di bulan ini, bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 61.780,63/BTC yang dicapai pada Sabtu 13 Maret lalu. Sementara pada periode 1 - 17 Maret, bitcoin meroket lebih dari 33%.

Di sisa bulan ini, penguatan bitcoin masih berpotensi berlanjut, sebab sedang mendapat angin segar yang bisa membuatnya diterima semakin luas. Salah satu bank raksasa Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, dalam layanan wealth management, menawarkan akses ke bitcoin kepada para nasabah yang kaya raya.

Kabar tersebut dilaporkan CNBC International Rabu (17/3/2021) yang mengutip dari seorang sumber yang menolak untuk dipublikasikan indentitasnya.

Meroketnya harga bitcoin memang menarik perhatian bank-bank besar di Negeri Paman Sam. Apalagi setelah investor institusional hingga perusahaan besar semacam Tesla mulai masuk pasar bitcoin.

Namun, Morgan Stanley menjadi bank besar pertama di AS yang memberikan layanan bitcoin ke nasabahnya. Meski tidak semua nasabah, bahkan yang kaya, bisa mendapatkan layanan tersebut. Morgan Stanley baru akan memberikan akses kepada nasabah dengan "toleransi risiko yang agresif" yang memiliki dana yang dikelola perusahaan minimal US$ 2 juta.

Selain itu, Morgan Stanley juga menerapkan aturan yang ketat, investasi di bitcoin dibatasi maksimal 2,5% dari dana yang dimiliki.

Sementara itu, baik dolar AS dan emas pergerakannya masih akan dipengaruhi arah yield Treasury.

Bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (18/3/2021) dini hari waktu Indonesia menegaskan belum akan merubah kebijakannya dalam waktu dekat, artinya QE senilai US$ 120 miliar masih dipertahankan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.

Dalam konferensi pers, ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui perekonomian Amerika Serikat sudah membaik, bahkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) dinaikkan cukup signifikan.

Di tahun ini, PDB Paman Saham diperkirakan tumbuh 6,5%, jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi yang diberikan bulan Desember lalu 4,2%. Sementara di tahun 2022, diprediksi tumbuh 3,3% naik dari sebelumnya 3,2%.

Sementara itu, The Fed sebelumnya diperkirakan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut. Nyatanya, The Fed malah tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury tersebut.

Emas vs Bitcoin vs Dolar AS, Mana yang Paling Cuan Bulan Ini?

The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian.

Kenaikan tersebut membuat selisih yield Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) akan menyempit, dan berisiko memicu capital outflow.

Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.

Selain itu, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga tidak mencapai target belakangan ini, menjadi indikasi kurang menariknya yield yang diberikan.

Terbaru, Selasa lalu pemerintah melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp 30 triliun, tetapi yang dimenangkan hanya Rp 19 triliun.

Selain itu, penawaran yang masuk juga terbilang rendah, hanya Rp 40,1 triliun, turun dari lelang sebelumnnya Rp 49,7 triliun.

Jika capital outflow terus terjadi di pasar obligasi, maka nilai tukar rupiah sulit untuk menguat, artinya dolar AS masih akan perkasa.

Sementara kenaikan yield Treasury juga akan menekan emas. Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.

Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak.


Diunggah ulang dari CNBCIndonesia, semua hak cipta dimiliki oleh penulis asli.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.